Kamis, 23 April 2015

Jokowi, Mahasiswa dan Politik Meja Makan

Saya terpantik untuk menulis sebuah pandangan terkait judul diatas, diskusi dari tema-teman baktinusa,  rekan-rekan ketua lembaga ugm 2014, dan tentunya diskusi sansiro yang diadakan Dema km fisipol nanti jam 4 sore di selasar barat. Hal tersebut lah yang membuat saya semangat meninggalkan beberapa data riset untuk mencoba meluangkan waktu menulis pandangan terkait politik meja makan. Saya merekomendasikan sekali rekan-rekan mahasiswa UGM untuk bergabung diskusi sansiro yang sebagaimana kita ketahui dema km fisipol sangat konsisten dalam mengawal kebijakan pemerintah dengan gerakan-gerakannya, salah satunya Aliansi UGM minta maaf. Pembicaranya pun dari berbagai interdisipliner ilmu, Alif Pimpinan Dema Fisipol saya kira nanti akan banyak berbicara terkait kebijakan sosial-politik pemerintah, Yudha Ketua Bem Peternakan saya kira akan memantik pandangan terkait pangan dan juga kebijakan pemerintah di ranah kluster agro, dan Hibat selaku Ketua BEM teknik bisa jadi banyak berbicara terkait kebijakan energi, industri, isu di rumpun ilmu kluster sains-tek dsb.

Jokowi dan Politik Meja Makan
Joko Widodo, tokoh yang sangat menginspirasi saya ketika pertama kali menginjakkan kaki untuk belajar di tanah jawa, saat itu lewat orientasi mahasiswa PPSMB Pascal FMIPA UGM 2011 beliau menjadi salah satu pembicara. Beliau menyampaikan  bagaimana mekanisme politik yang memberikan kebermanfaatan kepada masyarakat, pendekatan-pendekatan beliau kepada rakyat kecil, relokasi pedagang kaki lima yang berkeadilan dan mensejahterakan masyarakat. ”Pemimpin yang benar adalah bekerja benar dan benar-benar bekerja” ungkap beliau.

Jokowi berhasil menata ulang pasar di antaranya Pasar Klitikan Notoharjo, Pasar Nusukan, Pasar Kembalang, Pasar Sidodadi, Pasar Gading, pusat jajanan malam Langen Bogan, serta pasar malam Ngarsapura. Beliau bercerita lebih dari 40 kali pertemuan dengan makan bersama untuk merangkul pedagang kaki lima tersebut, beliau memuliakan rakyatnya. Kuncinya dari keberhasilan itu adalah pendekatan kultural dengan wong cilik dan pendekatan budaya jawa yang sangat khas dengan nilai didalamnya. Sebanyak 989 PKL dipindah tanpa gejolak, bahkan secara antusias para PKL itu mendukung program pemerintah dengan suka cita.

Perhitungan perolehan suara saat pilkada solo 2010, Jokowi dengan pasangannya FX Rudi meraih 248.243 suara atau 90,09%. Sehingga dengan dukungan sebesar ini jokowi pun resmi menajadi walikota solo untuk yang kedua kalinya. Partisipasi pemilih Solo dalam Pilkada tahun itupun mencapai 71,80%, tercatat sebagai partisipasi politik tertinggi di Jawa Tengah dan bahkan di Indonesia.

Penasaran dengan sosok ini pun saya banyak bertanya-tanya dengan kawan-kawan kampus yang berasal dari solo, semua rekan menjawab puas dengan kepemimpinan pak jokowi di kota mereka. Tampaknya budaya kultural dan politik meja makan menjadi ciri khas dari presiden kita.

Sebuah keberuntungan bagi kami beberapa ketua bem di ugm pada akhir tahun 2014 kemarin sempat berdiskusi sebentar dengan presiden kita pasca beliau mengisi kuliah, ketenangan dan sopan santun khas jawa menjadi ciri khasnya, namun sayang diskusi hanya satu arah karena keterbatasan waktu, saat itu ketua bem km ugm hanya menitipkan gagasan bem km ugm dalam buku putih.

Sedikit berbagi cerita ketika diskusi bersama mas eko prasetyo saat bersama-sama menjadi pembicara diskusi di FK UGM. Mas Eko menjelaskan sosok jokowi adalah sosok yang dirindukan indonesia saat ini, sosok pemimpin yang dekat dengan rakyatlahir, tumbuh dan berkembang dari lingkungan rakyat sehingga tahu betul apa yang jadi permasalahan rakyat, namun sayang lingkungan politisi buas hari ini mencekamnya di istana sana.

Mahasiswa dan Meja Makan
Beberapa hari kemarin dunia sosial media heboh dengan sebaran foto undangan dewan pertimbangan presiden Kemensesneg RI. Saya sedikit menggaris bawahi salah satu unsur kalimat di undangan tersebut yaitu kata-kata (diawali dengan makan siang). Ini menjadi pembicaraan yang cukup ramai di tataran aktivis mahasiswa, ada rekan yang menjadi Kepala departemen di salah satu Bem univ sempat berstatement dahulu mahasiswa harus mengumpulkan masa banyak untuk ketemu elit pemerintah, sekarang mahasiswa yang diundang, hebat.

Agaknya pemerintah menggunakan politik kultural yang biasa dilakukan presiden joko widodo. Mari kita berdoa semoga mahasiswa tetap konsisten dengan idealismenya. Beberapa hal yang perlu disoroti pada pertemuan ini menurut saya adalah daya tawar dari perwakilan mahasiswa tersebut.

Jangan sampai semangat yang dibawa mahasiswa dengan embel-embel karena rasa cinta terhadap indonesia hanya sebatas forum penampung aspirasi dan pendapat. Perwakilan Mahasiswa harus menunjukan legitimasi yang kuat jika memang serius hadir sebagai representasi mahasiswa, bahayanya mahasiswa yang di-legitimasi-kan oleh elit, sehingga beberapa hari kemudian keluar rilis yang menyatakan kebijakan ini berdasarkan akumulasi tampungan aspirasi dari beberapa representasi mahasiswa.

Menurut pandangan saya sendiri belum ada kajian dan rekomendasi dari mahasiswa yang matang dan komperhensif, ini juga jadi catatan. Agaknya langka menemukan kajian komperhensif dari lembaga eksekutif mahasiswa.  

Saya sepakat mahasiswa menjadi oposisi dengan sistem autokritik seperti yang dilakukan dema km fisipol yang konsisten dengan tulisan dan propaganda di media.

Saya kira menjadi kelompok penekan itu jauh lebih sedikit mudaratnya ketimbang menjadi partner elit pemerintah. Beberapa informasi yang saya dapatkan lembaga yang sudah mengkonfirmasi kehadiran adalah Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), BEM KM UGM, BEM UB, dan BEM USU. (jika salah mohon dikoreksi)

Kabar mengejutkan juga hadir pagi ini, koran KOMPAS menyebutkan Calon Kapolri bermasalah Budi Gunawan yang oleh KPK tersangka sebagai pelaku korupsi, hari ini akan dilantik sebagai Wakil Kapolri mendampingi Kapolri Jendral Polisi Badrodin Haiti. Semoga ini bukan hasil dari politik meja makan elit pemerintah dan mahasiswa. Semoga tidak ada lagi lahir kebijakan-kebijakan kontroversial yang dilakukan oleh pemerintah.
  
Mengutip kata-kata Ketua BEM KM UGM 2015 ;  “Dan kami tidak berhenti hanya sampai di sini, masih banyak jalan yg akan kami tempuh ke depannya untuk negeri ini. Karena sejatinya kami mencintainya.” Mari kita doakan elit pemerintah dan elit mahasiswa mampu menjadi problem solver dari penderitaan rakyat hari ini. Karena beberapa hasil diskusi bersama pedagang mie ayam, burjo dan pedagang-pedagang yang saya ajak ngobrol, kebanyakan merasa berat dengan harga bmm yang tidak stabil, harga sembako yang naik dsb. Mari kita berdoa kepada Tuhan agar negeri ini selalu dirahmati dengan kedamaian dan kesejahteraan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar