Selasa, 28 April 2015

“Kunang-Kunang Negeri”

Sebuah bangsa tentu akan punah jika terputus generasinya, masa depan sebuah bangsa dapat dilihat dari generasi mudanya, jika anak mudanya sedang sakit maka ke depan bangsa ini tentu juga akan sakit, begitupula sebaliknya jika anak mudanya baik maka masa depan bangsa terjamin baik.
Anak bukan hanya menjadi harapan orang tua tapi juga masyarakat sekitar, bangsa dan negara. Maka dari itu dibutuhkan lah pendidikan agar karakter anak terbentuk dan terjaga dalam koridor yang diharapkan. Seorang anak yang lahir di bumi ini memiliki peran dan tanggung jawab terhadap keluarga dan masyarakat sekitarnya. Ketika kita kecil tingkah mungil kita sangat didambakan oleh saudara sekitar berharap kedepan kita dapat menjadi problem solver dalam masalah yang terjadi.
 Pendidikan menjadi kunci utama dalam membentuk karakter sang anak, pendidikan dasar dari sang anak adalah dari rumah (keluarga), peran orang tua sangat strategis dalam mendidik sang anak sebelum anak masuk sekolah. Tugas berat orang tua bagaimana membentuk karakter sang anak dan mengeluarkan potensi dari anak tersebut. Ketika orang tua sudah berhasil membentuk karakter sang anak, dengan yakin sang anak dapat dilepas ke masyarakat.
Selain itu rumah kedua sang anak adalah masyarakat, mereka belajar dari interaksi, semakin banyak interaksi maka semakin cerdas sang anak. Kemudian sang anak tumbuh dan berkembang, masa remaja adalah titik strategis dari sang anak, Allah menghadiahkan mereka masa transisi (remaja) dan disinilah pendidikan rumah kembali di eluhkan oleh sang anak di tengan kebingungan mereka mengahadapi dunia baru.
Dengan akses teknologi yang begitu luar biasa dan rasa keingin tahuan anak yang sangat tinggi, teknologi bak pisau bermata dua. Berbahaya ketika digunakan di tempat yang salah. Bersyukur saya dibesarkan oleh sebuah keluarga sederhana yang selalu dihujani kasih sayang, belajar mengenal Islam sejak kecil dari orang tua, kemudian mengajid kepada ustadz hingga jenjang SMP.
Bersyukur masa kecil saya bahagia dengan orang tua yang memberikan kepercayaan tinggi sehingga saya bisa bermain kemana saja dan bebas menjalani masa kecil. Interaksi sosial yang saya lakukan di masa kecil membuat saya menjadi anak yang aktif, dan hasilnya terjawab ketika masa sekolah dasar dengan selalu masuk peringkat 3 besar, dan beberapa kali menjadi juara 1.
Masa SMP saya jalani dengan bahagia, bersekolah di salah satu SMP yang berada di pusat kota (pasar kota) membuat saya mengalami perbenturan nilai dengan yang diajarkan di rumah dan di sekolah, sekoalh yang berdekatan dengan pasar membuat lingkungannya kurang baik, namun disisi lain ada nilai yang dapat dilihat dalam interaksi sosial pasar, sehingga ketika dicerna ada simpul yang didapat dari pelajaran mengenal interaksi sosial pasar. Bersyukur dikeluarga saya sangat ditekankan hal keterbukaan sehingga apa yang terjadi disekolah saya ceritakan dirumah dan orang tua mengawal perkembangan remaja sang anak (saya), mulai dari jatuh cinta, film porno, rokok, tauran dsb. Masa SMP memang masa yang sangat rentan, berbahaya jika tidak ada pengawalan dari orang tua.
Disisi lain saya juga aktif di remaja masjid kompleks perumahan saya berdomisili, nilai-nilai dari wadah tersebut menguatkan saya dalam menjalankan masa transisi remaja. Masa SMA pun begitu meski saya tidak tinggal bersama orang tua namun nilai yang kuat yang diajarkan oleh orang tua mudah diimplementasikan bersyukur tempat saya tinggal ketika SMA bersahabat dengan masyarakat khususnya petani sehingga interaksi sosila bersama petani menanamkan nilai-nilai dalam diri saya, sehingga dapat disimpulkan bahwa keluarga dan masyarakat adalah faktor yang sangat mempengaruhi pembentukan karakter dari seorang manusia.
Seorang bayi tak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Lalu dia berkata; Bacalah oleh kalian firman Allah yg berbunyi: '…tetaplah atas fitrah Allah yg telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah itulah agama yg lurus.' (QS. Ar Ruum (30): 30).
Seperti dijelaskan dalam surat Ar rum bahwasanya manusia sejak lahir dalam keadaan fitrah namun tergantung kepada orang tuanya dan masyarakat tempat ia tinggal lah dia memilih untuk menjadi islam, nasrani ataupun yahudi. Namun kita tak hanya bsekedar berbocara dalm konteks agama lebih kepada akhlak, seorang anak yang dibesarkan dengan nilai-nilai kebaikan oleh orang tua dan masyarakatnya jelas akan mengamalkan sebuah kebaikan begitu pula sebaiknya. Maka dari itu kita sebagai umat islam tentu harus berbenah diri bagaimana kita berbuat kebaikan kepada sekitar kita, ketika kita terus menebar kebermanfaatan dan kebaikan maka itu adalah satu langkah dalam menciptakan generasi kebaikan.

Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat. Indonesia dengan negara yang memiliki hamparan kekayaan begitu besar, tanah yang begitu luas, jumlah penduduk yang begitu banyak, mempunyai potensi menjadi sebuah negara yang kuat, kunang-kunang negeri adalah sebutan mereka anak-anak kecil yang kedpan mampu memberikan cahaya kepada indonesia, tugas kita adalah bagaimana memelihara agar cahaya tersebut tidak redup, dengan apa? dengan kebaikan, distribusi kebaikan oleh orangorang yang ada disekitar secara tidak langsung mengajarkan nilai agar anak-anak pun mencontoh, seperti yang saya jelaskan diatas bahwasanya interaksi sosial membentuk karakter dan kepribadian sang anak, keluarga adalah pendidikan pertama dan utama, masyarakat adalah laboratorium untuk mereka berekspresi dan mewujudkan nilai yang telah diajakarkan oleh keluarganya dan tenpat berfikir akan dikotomi antara realita dan idealita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar