Jumat, 26 Desember 2014

“Pengabdian Masyarakat”


Pengabdian Masyarakat adalah satu dari tiga tri dharma perguruan tinggi, adalah kewajiban bagi mahasiswa untuk turut berpartisipasi dalam program kemasyarakatan, di UGM sendiri ada kuliah kerja nyata yang setara dengan 3 sks dimana mahasiswa diterjunkan di desa-desa seluruh indonesia untuk belajar dan berbagi kepada masyarakat.

Beruntunglah kita belajar di kampus universitas gadjah mada, kampus yang dikenal dengan kampus kerakyatan, kampus yang dekat dengan masyarakat mengingat di jogja pun banyak sekali desa. Kesederhanaan masyarakat jogja menjadi alasan bagi mahasiswa UGM untuk betah belajar kepada masyarakat, jarak dari kampus ke desa yang tidak terlalu jauh serta semangat mahasiswa UGM dalam mengikuti kompetisi program kreativitas mahasiswa (pkm) menjadi alasan mengapa sering sekali kita temukan mahasiswa dan masyarakat di jogja bahu membahu melakukan sesuatu.

Mendapatkan kesempatan belajar di organisasi tentu tak lepas dari pembelajaran di masyarakat, mulai dari LSiS, bem km fmipa ugm hingga tawaran dari beberapa kakak tingkat. Inilah beberapa pengalaman dalam proses pembelajaran kepada masyarakat.



 Belajar Dari Desa Mitra Bem Km Fmipa Ugm
Allah memang merencanakan jalan hambanya masing-masing, bersyukur dapat menjadi bagian BEM KM FMIPA UGM 2014, selain romantika perjuangan melawan kebijakan zolim tapi disini saya juga ingin berbagi tentah sebuah perasaan dan cinta, perasaan berbagi kepada sesama.

Bersyukur sekali beruntungnya departemen sosial bem km fmipa ugm 2014 tidak banyak meminta anggaran dppspp karena sudah tersupply dana dari PKM beberapa teman-teman sosial. Sebagai bentuk kepedulian maka meramaikan acara adalah sebuah tanggung hawab bersama.

Saya sangat mengapresiasi kepada departemen sosial, sering sekali rasanya saya bermain ketempat itu, desa mitra KM FMIPA, mulai dari menemani teman-teman dalam mendampingi PAUD, bakti sosial hari pendidikan, silaturahmi warga, buka bersama, menginap, kajian-shalawatan hingga bakti sosial.

Desa ini banyak mengajarkan saya tentang nilai-nilai kemanusiaan, tentang berbagi dan berkontribusi, tentang keikhlasan dan tentang konsep hidup sederhana. Saya salut dengan teman-teman sosial, prestasi finalis PIMNAS membuktikan bahwa teman-teman sangat total dalam mengelola tempat ini, mengelola desa ini, semoga amal baik selalu tercurah kepada sahabat-sahabat di departemen sosial dan bem km fmipa ugm.




 Pengalaman Mengajar Bersama Pengajar Muda Lsis Mengajar
Mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik. Berarti juga, anak-anak yang tidak terdidik di Republik ini adalah “dosa” setiap orang terdidik. Berarti juga, anak-anak yang tidak terdidik di Republik ini adalah “dosa” setiap orang terdidik yang dimiliki di Republik ini. Anak-anak nusantara tidak berbeda. Mereka semua berpotensi. Mereka hanya dibedakan. –Anies Baswedan

Sebelumnya izinkanlah saya mencoba menulis kembali memori ketika menjadi pengajar di LSiS mengajar pada tahun 2013 yang lalu. LSiS mengajar yang merupakan program kerja dari Departemen Community Development (comdev) dimulai dari awal mei sampai akhir juni, penutupan dari Kegiatan ini akan diadakan sabtu 1 juni 2013 dengan beberapa kegiatan diantaranya, mengajar, nonton video, bermin bersama anak-anak. Tujuan utama dari LSiS mengajar ini adalah menginspirasi anak-anak MI di desa dilingo agar punya cita-cita besar, Dilingo yang merupakan salah satu desa terpencil di antara kabupaten gunung kidul dan bantul sudah sepatutnya menjadi perhatian khusus bagi pemerintah.

Masa ini adalah masa dimana saya mendapatkan amanah sebagai kepala departemen HI LSiS fmipa ugm yang sudah seharusnya turut ambil bagian dalam program kerja dari departemen comdev. Pada kesempatan ini pengajar bukan hanya memberikan pelajaran yang biasa diberikan dikelas oleh guru, tapi juga inspirasi kepada adik-adik untuk melanjutkan studi di UGM atau bahkan luar negeri.

Saya sangat tertarik mengajar karena saya melihat senyum anak-anak khatulistiwa yang terus bersemangat mencari ilmu, ya meskipun dengan keterbatasan pendidikan tapi mereka masih bersemangat belajar, belum lagi permainan yang biasanya mereka mainkan mengingatkan beberapa permainan ketika kecil, permainan tradisional yang saat ini jarang kita temui.



Pemberdayaan Masyarakat di desa jipangan terkait briket sebagai sumber energi alternatif
Ini tulisan terkait pengalaman belajar bersama masyarakat desa jipangan di bantul. Pada Kesempatan ini saya diajak oleh tim Community development Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) yang di ketuai oleh Dr. Eko Sugiharto, Bapak Iqmal Tahir M.Si, dan beberapa rekan mahasiswa, mas ardi (ketua BEM FEB 2012), mbak Lutvia (Sekertaris KMK 2011) dsb.
Briket adalah bahan bakar alternatif yang bahannya berasal dari alam, atau berasal dari biomassa. Bahan utama yang dipakai adalah aneka sampah yang dapat dikarbonisasi atau dapat dibuat arang. Tetapi penelitian terakhir tentang briket sampah organik masih ada kekurangan dalam hal nilai kalori. Nilai kalori yang dihasilkan masih relatif rendah yaitu antar 4000 kal/g – 5000 kal/g (Hendra, 2003).

Selain dapat digunakan sebagai energi alternative briket BMW juga dapat dikembangkan menjadi usaha baik skala UKM maupun skala ekspor. Hal ini dapat mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Biasanya bagi warga jipangan yang notabennya bekerja sebagai pengrajin bambu banyak menghasilkan sisa-sisa anyaman bambu yang tidak dipakai, dari PSLH memberikan pemberdayaan berupa pengolahan ampas bambu yang sudah tidak dipakai menjadi briket.
Beruntung mendapatkan kesempatan ini, karena menambah wawasan terkait briket sebagai energi alternatif. Saya, Hesti dan Mas Fika pernah membuat sebuah karya tulis terkait briket dan modifikasinya,  Kami mempunyai ide untuk membuat briket dari sampah organik yang ditambah dengan arang batok. Kemudian setelah dicetak dicelupin solar atau minyak jelantah. Briket ini kami beri nama “Briket Batok Minyak jelantah Wuwuh”. Nama tersebut kami ambil dari nama bahan dasar briket yang kami buat yaitu, kombinasi sampah organik (jawa: Wuwuh) dan batok kelapa yang direndam minyak jelantah. Minyak jelantah digunakan untuk meningkatkan efisiensi Briket BMW. Selama ini minyak jalantah belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan dasar energi alternatif. Briket BMW dapat diperoleh dari tumpukan sampah-sampah organik (jawa: Wuwuh) yang telah dimodifikasi. Briket BMW ini dapat digunakan untuk membuat briket arang yang praktis dan terbarukan


Sama halnya dengan desa jipangan, saya kira potensi pengembangan briket  di desa jipangan baik mengingat konsistensi warga yang memilih bermata pencaharian sebagai pengrajin bambu. Jika komitmen tersebut diikuti dengan komitmen mengelola briket desa jipangan akan menjadi salah satu desa alternatif energi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar