Jumat, 22 November 2013

“Membumikan Nilai Islam Melalui Organisasi”

Pendidikan menjadi titik nadir dalam menghasilkan sumber daya manusia terbaik bagi suatu bangsa, bahkan setiap manusia berhak mengenyam pendidikan, terkhusus di negara sebesar Indonesia, sudah dijelaskan dalam pembukaan UUD 1945 bahwa setiap jiwa yang ada di negeri ini memiliki hak untuk memperoleh pendidikan.
            Dalam pendidikan pula sebuah nilai, paham bahkan ideologi perlahan ditanamkan. Kemudian dari paham tersebut tertanamlah sebuah nilai yang dianggap kebenaran dan menjadi pedoman dalam sebuah kehidupan. Inilah titik strategis pendidikan, ketika paham atau nilai yang salah tertanam maka individu yang mengenyam pendidikan kedepan berpotensi untuk sesat begitupula sebliknya.
            Menyoroti sistem pendidikan di negeri ini pasti banyak sekali koreksi besar, output dari pendidikan masih belum dirasa, pelajar tauran, pergaulan bebas hingga seks di luar nikah menjadi realita pendidikan indonesia saat ini.
            Siapa yang patut disalahkan ?, bukan guru, kepala sekolah ataupun orang tua, tapi sebuah sistem yang dibangun dalam sebuah pendidikan di Indonesia. Pendidikan seakan mengajarkan kepada siswa/pelajar untuk menghafal, menelan bulat-bulat apa yang diajarkan disekolah, kurangnya respon terhadap apa yang diajarkan menjadikan pendidikan membosankan, dan tidak terliaht seksi untuk dinikmati.
            Itu baru pendidikan, belum lagi nilai islam sebagai dasar kepahaman mengingat Indonesia sebagai negara terbanyak umat muslimnya. Adalah kesalahan ketika kita tidak memanfaatkan pendidikan sebagai media menanamkan nilai-nilai islam kepada individu-individu terdidik bangsa ini.
            Pendidikan terbaik adalah lewat keteladanan dan inspirasi, hari ini kita indonesia mungkin memiliki jumlah guru yang besar secara kuantitas namun secara kualitas saya kira masih belum, apalagi jika dipertanyakan sebuah guru yang menjadi teladan dan inspirasi bagi muridnya.

            “Sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagi orang yang berharap kepada Allah, hari akhir dan bagi orang yang banyak mengingat Allah.” (Al-Ahzab:21).

Al-Imam As-Sa’di mengatakan di dalam tafsirnya hal. 609, “Sungguh telah ada suri teladan yang baik bagi kalian pada diri Rasulullah yaitu dari sisi di mana beliau menghadiri sendiri suara hiruk pikuk dan langsung terjun ke medan laga. Beliau adalah orang yang mulia dan pahlawan yang gagah berani. Lalu bagaimana kalian menjauhkan diri kalian dari perkara yang Rasulullah bersungguh-sungguh melaluinya seorang diri? Maka jadikanlah dia sebagai panutan kalian dalam perkara ini dan sebagainya.”
Kemudian dikatakan oleh Al-Imam As-Sa’di: “Suri teladan itu ada dua macam, yaitu yang baik dan yang buruk. Suri teladan yang baik itu ada pada diri Rasulullah karena orang yang menjadikannya sebagai suri teladan, sungguh dia telah menempuh jalan yang akan menyampaikan kepada kemuliaan yang ada di sisi Allah. Itulah jalan yang lurus.
Adapun menjadikan selain Rasulullah sebagai suri teladan, apabila orang tersebut menyelisihi beliau, maka itu adalah suri teladan yang jelek seperti ucapan orang musyrik ketika diseru untuk menjadikan Rasulullah sebagai suri teladan, mereka mengatakan: ‘Sesungguhnya kami telah menemukan bapak-bapak kami di atas satu ajaran dan kami mengikut di atas agama mereka.’ Suri teladan yang baik ini akan ditempuh dan akan mendapatkan taufiq atasnya, oleh orang-orang yang mengharapkan perjumpaan dengan Allah dan kebahagiaan di hari akhir.

         Yang mendorongnya untuk menjadikan Rasulullah sebagai suri teladan yang baik adalah iman, takut kepada Allah, berharap pahala dari-Nya, dan takut terhadap adzab-Nya.”
Al-Hafidz Ibnu Katsir, dalam Tafsir-nya (3/483), mengatakan: “Ayat ini merupakan landasan pokok untuk menjadikan Rasulullah sebagai suri teladan dalam ucapan-ucapan beliau, perbuatan-perbuatan, dan dalam semua keadaan beliau.”
Kita telah melihat bagaimana rasulullah mengajar dan mendidik para sahabat masa itu dengan keteladanan dan inspirasi, kita butuh guru yang memiliki jiwa kepemimpinan, unsur kepemimpinan tersebut adalah keteladanan dan inspirasi.
     Organisasi menjadi media yang tepat untuk mengamalkan unsur-unsur tersebut, mengingat budaya kita yang menanamkan nilai-nilai sosial yang tinggi, sehingga kebanyakan pelajar pasti mengikuti organisasi baik komunitas maupun organisasi formal di sekolah.
     “Jadikanlah setiap tempat itu sekolah dan setiap orang itu guru”
     Ki Hajar Dewantara mengajarkan nilai tersebut kepada kita, guru bukan hanya manusia-manusia yang berpakaian rapi dan datang tepat waktu ke sekolah, tapi setiap orang memiliki potensi untuk menjadi guru dengan keteladanan dan inspirasi yang ia miliki.
Organisasi menjadi rumah yang tepat dalam membangun sistem pendidikan sekunder setelah pendidikan dalam kelas, siswa pun memiliki potensi untuk menjadi guru bagi siswa lain, kembali dengan keteladanan dan inspirasi.         
     Begitupula di kampus bagi mahasiswa, organisasi  bahkan menjadi media pendidikan paling efektif dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan, karena mahasiswa lebih menikmati organisasi sebagai rumah belajarnya ketimbang kelas. Banyak sekali hal hebat di organisasi yang bakal kita temukan sebagai mahasiswa, debat ideologis, inspirasi persahabatan, diskusi, sharing dan banyak yang lain berbeda dengan kelas kampus yang tenang, membosankan bahkan membuat kita nyenyak untuk tidur, dosen dengan santainya mengoceh tanpa memikirkan apakah mahasiswa mendengarkan bahkan paham.
Organisasi memang tepat menjadi media menanamkan nilai-nilai islam dengan metode pendidikan. Momen inilah yang harusnya menjadikan umat muslim lebih bersemangat lagi untuk menjadi seorang teladan dan inspirasi, sehingga kita perlahan mampu mengubah wajah pendidikan indonesia. Kita sebagai muslim memiliki peran dalam hal keteladanan dan inspirasi maka dari itu adalah sebuah kewajiban dalam memperbaiki akhlak kita sehingga keteladanan dan inspirasi tersebut ada dalam diri kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar