عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَمْرٍو – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله
عليه وسلم – “?رِضَى اللَّهِ فِي رِضَى الْوَالِدَيْنِ وَسَخَطُ اللَّهِ فِي سَخَطِ
الْوَالِدَيْنِ?”( أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ)
Diriwayatkan
dari Ibn Umar r.a, ia berkata, Nabi Saw. menuturkan:’’ Ridha Allah terletak
pada rida kedua orangtua, dan murka Allah juga terletak pada kedua orang tua
(H.R Tirmidzi).
Setiap orang secara umum pasti
menyayangi ibunya, setiap orang punya cerita tentang ibu dan dirinya, memang
tidak mungkin membalaskan jasa seorang ibu, jangankan membalas kebaikan beliau
dari kita lahir sampai saat ini, membayar hentakan nafasnya ketika melahirkan
kita, mungkin kita tidak akan sanggup, membayar rintihan-rintihan ketika beliau
melahirkan kita, kita tidak bisa, semoga Allah selalu memberikan kebaikan
kepada manusia yang dipanggil Ibu.
Ini sebuah kisah tentang aku dan
ibu, bagiku ibu adalah matahariku. Matahari selalu menyinari dunia dari fajar
hingga maghrib, terbit ketika fajar dan pergi ketika maghrib datang. Begitupun
Ibu, sejak lahir aku diberi kehangatan, diberi kasih sayang, diajarkan hal yang
baik, dituntun untuk menjadi insan yang bermanfaat, sama seperti matahari
ketika pagi hari memberikan kehangatan bagi dunia. Aku mulai tumbuh remaja, ibu
menyemangatiku, selalu ada untuk mendengarkanku, memberi semangat agar aku
menjadi yang terbaik, menjaga agar aku tidak meninggalkan ibadahku, sama
seperti matahari, ketika siang hari dia hamparkan panas yang luar biasa ke
bumi, panas ini adalah sebuah energi yang sangat bermanfaat bagi bumi. Aku
tumbuh menjadi manusia dewasa, sebaga seorang lelaki minang sudah sepantasnya
aku merantau, karena memang sejatinya lelaki di negeri minang ketika dewasa
dianjurkan untuk merantau, konsekuensi merantau adalah pergi dari orang tua,
jauh dari ibu,tapi tetap kasih sayang ibu akan selalu ada di sanubari ini, rasa
cintanya menjadi kobaran semangat untuk terus berjuang menjadi manusia terbaik,
manusia yang bermanfaat untuk orang lain, doa-doanya menjagaku untuk terus
dekat dengan Tuhan, untuk terus dekat dengan Al Qur’an, sama seperti matahari
ketika malam, dia tidak hilang tapi dia hanya pergi sementara, dia ingin
melihat dari jauh, sinar-sinar yang diberikan di siang hari dapat menjadi modal
agar bumi tetap hidup di malam hari.
Sebuah
cerita nostalgia tentang aku dan ibu…
Anak yang bernama fadjar mulya
adalah anak yang mengalami masa-masa sulit ketika lahir, kata ibu proses kelahiranku
paling sulit diantara kedua adikku, dulu ketika aku mau lahir, ibu diangkut
dengan angkot yang disewah ayah, keluarga kami adalah keluarga sederhana,
jangankan untuk berfikir membeli mobil untuk membeli rumah saja kami belum
mampu.
Ibu
dilarikan ke rumah bidan, namun sayangnya bidan tidak mampu membantu ibu
melahirkanku sehingga ibu harus dilarikan ke rumah sakit. Subuh yang indah
menjadi momentum baru bagi ayah dan ibu, anak pertama dari mereka lahir, mereka
namakan fadjar mulya, dimana fadjar artinya waktu setelah shubuh dan mulya
adalah kemuliaan, diharapkan nantinya kedepan aku menjadi seorang fadjar, orang
yang selalu bangun ketika subuh menjadi orang yang selalu mendepatkan kebaikan
subuh dan orang yang mulia dan memuliakan orang lain.
Ibu hanya berprofesi sabagai ibu
rumah tangga, beliau merupakan tamatan Sekolah Pendidikan Guru, namun tidak
melanjutkan menjadi guru karena beliau ingin mendidik anak-anaknya menjadi
orang yang lebih baik masa depannya dibanding masa depan orang tua mereka. Dari
kecil aku dan adikku diajarkan ibu membaca, menulis, mengaji dan menghafal
surat-surat pendek di Al Quran. Aku dan Adikku tidak mengecam pendidikan di TK,
kami langsung masuk SD dan terbukti hanya dengan didikan seorang ibu kami
selalu menjadi juara. Sampai saat ini aku sangat bahagia memiliki seorang ibu
seperti ibuku, dengan hidup yang
sederhana, beliau mampu mengantarkan kedua anaknya ke kampus terbaik
Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Dalam silsilah keluarga ayah dan ibu, tidak
ada yang pernah kuliah di kampus UGM, ayah dan ibu dihormati di kampung karena
dapat mendidik anak-anaknya hingga kuliah di UGM.
Ketika aku duduk di kelas 4 SD, ibu
ikut seleksi tes guru bantu, mengingat aku dan adikku pun sudah sekolah, dan
memang keluarga kami butuh dana tambahan untuk hidup. Alhamdulillah ibu lulus
tes guru bantu dan beberapa tahun kemudian ibu diangkat menjadi PNS. Namun
sayang, selama ibu menjadi guru perhatian ibu sedikit berkurang terutama
kepadaku, ketika SMP waktu belajarku sangat minim,prestasiku menurun, ini
adalah masa yang sangat menyedihkan bagiku karena aku tidak bisa membahagiakan
ayah dan ibuku.
Minim prestasi dan kurang niat untuk
belajar membuat aku memutuskan untuk pergi ke kampung halaman kami, batusangkar
sumatera barat. Aku memutuskan untuk pergi meninggalkan ayah dan ibu, untuk
tinggal bersama pakde dan bude (jawanya). Selama di rumah pakde dan bude aku
terus menuntut ilmu, menguatkan niat untuk berprestasi membagakan ayah dan ibu.
Semua usaha dan semangat belajarku hasilnya ku persembahahkan untuk ibu, aku
ingin membayar kegagalanku ketika SMP. Alhamdulillah rentetan prestasi aku
dapatkan, Juara 1 Olimpiade Kimia SMA se-provinsi Sumbar, Juara Umum 1 SMA N 2
Batusangkar, Delegasi Kabupaten Tanah datar dalam Studi Banding ke Malaysia dan
Singapur. Semua hasil itu adalah berkah Allah dari doa ibu dan semangat yang
diberikan ibu. Ibu memang berbeda dengan Ayah, rasanya berbicara dengan ayah
lewat telpon 5 menit saja rasanya sudah lama, beda dengan Ibu, Satu Jam tidak
terasa, karena memang curahan hati, beban fikiran terselesaikan ketika
berbicara dengan ibu.
Setelah lulus SMA aku memutuskan
untuk memilih Universitas Gadjah Mada sebagai tujuan utama. Ibu selalu
mendengar bagaimana aku mengagumi kampus kerakyatan ini, bagaimana aku mencintai
kam pus yang melahirkan tokoh-tokoh perubahan bagi bangsa ini. Alhamdulillah
aku diterima di Jurusan Kimia. Tiga Tahun menjadi Mahasiswa Kimia membuat
wawasanku bertambah, akan pentingnya Kimia bagi kehidupan, aku ingin sekali
menjadi ahli kimia dalam bidang Komputasi. Aku sangat ingin melanjutkan kuliah
pascasarjana ke eropa, Selalu aku ceritakan hal ini ke ibu, selalu aku tanyakan
bagaimana keuangan keluarga kita kalau aku lanjut kuliah, tentunya aku tidak
bisa bekerja di perusahaan industry yang memang diberi gaji besar tapi waktu
kita diambil oleh mereka. Aku selalu cerita ke ibu, aku tidak mau menjadi
penjual bangsa, menjual sumber daya alam milik bangsa ke negara asing. Aku
ingin kuliah ke eropa, menuntut ilmu agar ilmunya dapat digunakan untuk memajukan
bangsa ini. Ya, ibu menjanjikan kalau aku bisa kuliah ke eropa dengan beasiswa,
biaya pendidikan adikku akan ditanggung semua oleh ayah dan ibu. Ibu selalu ada
untukku dan selalu mendengarkan apa yang aku mau. Semua usaha dan semangat ini
aku persembahkan untuk Ibu, Alhamdulillah banyak raihan prestasi yang aku ukir
selama kuliah, mulai dari Mahasiswa Berprestasi FMIPA UGM, Ketua BEM KM FMIPA
UGM, Delegasi FMIPA UGM ke Malaysia, Singapore dan Thailand, Reward PKM dll,
semua untuk orang yang bernama Ibu, orang yang menginspirasiku, orang yang
selalu menyinari semangat untukku dan orang yang selalu ada untukku.
Aku punya harapan besar memberi kado
kecil untuk ayah dan ibu, membawa mereka menyeleasikan rukun Islam yang ke 5,
Naik Haji bagi yang mampu, aku berharap 20 tahun kedepan aku dapat melakukannya
dan aku selalu berdoa agar usia mereka sampai nantinya ketika mereka menunaikan
Ibadah haji. Aku berharap Pidato Pengukuhan Guru Besar nantinya menjadi kado
terindah bagi ibu, ibu yang menginginkan anak-anaknya menjadi tokoh pendidikan,
dapat menyicipi pendidikan tinggi, dapat menyelesaikan permasalahan bangsa
Indonesia lewat bidang pendidikan. Semua karena Ibu untuk Tuhan, Bangsa dan
Almamater.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar