Senin, 28 Oktober 2013

Ibuku, Matahariku…..


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – “?رِضَى اللَّهِ فِي رِضَى الْوَالِدَيْنِ وَسَخَطُ اللَّهِ فِي سَخَطِ الْوَالِدَيْنِ?”( أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ)


Diriwayatkan dari Ibn Umar r.a, ia berkata, Nabi Saw. menuturkan:’’ Ridha Allah terletak pada rida kedua orangtua, dan murka Allah juga terletak pada kedua orang tua (H.R Tirmidzi).

            Setiap orang secara umum pasti menyayangi ibunya, setiap orang punya cerita tentang ibu dan dirinya, memang tidak mungkin membalaskan jasa seorang ibu, jangankan membalas kebaikan beliau dari kita lahir sampai saat ini, membayar hentakan nafasnya ketika melahirkan kita, mungkin kita tidak akan sanggup, membayar rintihan-rintihan ketika beliau melahirkan kita, kita tidak bisa, semoga Allah selalu memberikan kebaikan kepada manusia yang dipanggil Ibu.
            Ini sebuah kisah tentang aku dan ibu, bagiku ibu adalah matahariku. Matahari selalu menyinari dunia dari fajar hingga maghrib, terbit ketika fajar dan pergi ketika maghrib datang. Begitupun Ibu, sejak lahir aku diberi kehangatan, diberi kasih sayang, diajarkan hal yang baik, dituntun untuk menjadi insan yang bermanfaat, sama seperti matahari ketika pagi hari memberikan kehangatan bagi dunia. Aku mulai tumbuh remaja, ibu menyemangatiku, selalu ada untuk mendengarkanku, memberi semangat agar aku menjadi yang terbaik, menjaga agar aku tidak meninggalkan ibadahku, sama seperti matahari, ketika siang hari dia hamparkan panas yang luar biasa ke bumi, panas ini adalah sebuah energi yang sangat bermanfaat bagi bumi. Aku tumbuh menjadi manusia dewasa, sebaga seorang lelaki minang sudah sepantasnya aku merantau, karena memang sejatinya lelaki di negeri minang ketika dewasa dianjurkan untuk merantau, konsekuensi merantau adalah pergi dari orang tua, jauh dari ibu,tapi tetap kasih sayang ibu akan selalu ada di sanubari ini, rasa cintanya menjadi kobaran semangat untuk terus berjuang menjadi manusia terbaik, manusia yang bermanfaat untuk orang lain, doa-doanya menjagaku untuk terus dekat dengan Tuhan, untuk terus dekat dengan Al Qur’an, sama seperti matahari ketika malam, dia tidak hilang tapi dia hanya pergi sementara, dia ingin melihat dari jauh, sinar-sinar yang diberikan di siang hari dapat menjadi modal agar bumi tetap hidup di malam hari.
Sebuah cerita nostalgia tentang aku dan ibu…
            Anak yang bernama fadjar mulya adalah anak yang mengalami masa-masa sulit ketika lahir, kata ibu proses kelahiranku paling sulit diantara kedua adikku, dulu ketika aku mau lahir, ibu diangkut dengan angkot yang disewah ayah, keluarga kami adalah keluarga sederhana, jangankan untuk berfikir membeli mobil untuk membeli rumah saja kami belum mampu.
Ibu dilarikan ke rumah bidan, namun sayangnya bidan tidak mampu membantu ibu melahirkanku sehingga ibu harus dilarikan ke rumah sakit. Subuh yang indah menjadi momentum baru bagi ayah dan ibu, anak pertama dari mereka lahir, mereka namakan fadjar mulya, dimana fadjar artinya waktu setelah shubuh dan mulya adalah kemuliaan, diharapkan nantinya kedepan aku menjadi seorang fadjar, orang yang selalu bangun ketika subuh menjadi orang yang selalu mendepatkan kebaikan subuh dan orang yang mulia dan memuliakan orang lain.
            Ibu hanya berprofesi sabagai ibu rumah tangga, beliau merupakan tamatan Sekolah Pendidikan Guru, namun tidak melanjutkan menjadi guru karena beliau ingin mendidik anak-anaknya menjadi orang yang lebih baik masa depannya dibanding masa depan orang tua mereka. Dari kecil aku dan adikku diajarkan ibu membaca, menulis, mengaji dan menghafal surat-surat pendek di Al Quran. Aku dan Adikku tidak mengecam pendidikan di TK, kami langsung masuk SD dan terbukti hanya dengan didikan seorang ibu kami selalu menjadi juara. Sampai saat ini aku sangat bahagia memiliki seorang ibu seperti ibuku, dengan hidup yang  sederhana, beliau mampu mengantarkan kedua anaknya ke kampus terbaik Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Dalam silsilah keluarga ayah dan ibu, tidak ada yang pernah kuliah di kampus UGM, ayah dan ibu dihormati di kampung karena dapat mendidik anak-anaknya hingga kuliah di UGM.
            Ketika aku duduk di kelas 4 SD, ibu ikut seleksi tes guru bantu, mengingat aku dan adikku pun sudah sekolah, dan memang keluarga kami butuh dana tambahan untuk hidup. Alhamdulillah ibu lulus tes guru bantu dan beberapa tahun kemudian ibu diangkat menjadi PNS. Namun sayang, selama ibu menjadi guru perhatian ibu sedikit berkurang terutama kepadaku, ketika SMP waktu belajarku sangat minim,prestasiku menurun, ini adalah masa yang sangat menyedihkan bagiku karena aku tidak bisa membahagiakan ayah dan ibuku.
            Minim prestasi dan kurang niat untuk belajar membuat aku memutuskan untuk pergi ke kampung halaman kami, batusangkar sumatera barat. Aku memutuskan untuk pergi meninggalkan ayah dan ibu, untuk tinggal bersama pakde dan bude (jawanya). Selama di rumah pakde dan bude aku terus menuntut ilmu, menguatkan niat untuk berprestasi membagakan ayah dan ibu. Semua usaha dan semangat belajarku hasilnya ku persembahahkan untuk ibu, aku ingin membayar kegagalanku ketika SMP. Alhamdulillah rentetan prestasi aku dapatkan, Juara 1 Olimpiade Kimia SMA se-provinsi Sumbar, Juara Umum 1 SMA N 2 Batusangkar, Delegasi Kabupaten Tanah datar dalam Studi Banding ke Malaysia dan Singapur. Semua hasil itu adalah berkah Allah dari doa ibu dan semangat yang diberikan ibu. Ibu memang berbeda dengan Ayah, rasanya berbicara dengan ayah lewat telpon 5 menit saja rasanya sudah lama, beda dengan Ibu, Satu Jam tidak terasa, karena memang curahan hati, beban fikiran terselesaikan ketika berbicara dengan ibu.
            Setelah lulus SMA aku memutuskan untuk memilih Universitas Gadjah Mada sebagai tujuan utama. Ibu selalu mendengar bagaimana aku mengagumi kampus kerakyatan ini, bagaimana aku mencintai kam pus yang melahirkan tokoh-tokoh perubahan bagi bangsa ini. Alhamdulillah aku diterima di Jurusan Kimia. Tiga Tahun menjadi Mahasiswa Kimia membuat wawasanku bertambah, akan pentingnya Kimia bagi kehidupan, aku ingin sekali menjadi ahli kimia dalam bidang Komputasi. Aku sangat ingin melanjutkan kuliah pascasarjana ke eropa, Selalu aku ceritakan hal ini ke ibu, selalu aku tanyakan bagaimana keuangan keluarga kita kalau aku lanjut kuliah, tentunya aku tidak bisa bekerja di perusahaan industry yang memang diberi gaji besar tapi waktu kita diambil oleh mereka. Aku selalu cerita ke ibu, aku tidak mau menjadi penjual bangsa, menjual sumber daya alam milik bangsa ke negara asing. Aku ingin kuliah ke eropa, menuntut ilmu agar ilmunya dapat digunakan untuk memajukan bangsa ini. Ya, ibu menjanjikan kalau aku bisa kuliah ke eropa dengan beasiswa, biaya pendidikan adikku akan ditanggung semua oleh ayah dan ibu. Ibu selalu ada untukku dan selalu mendengarkan apa yang aku mau. Semua usaha dan semangat ini aku persembahkan untuk Ibu, Alhamdulillah banyak raihan prestasi yang aku ukir selama kuliah, mulai dari Mahasiswa Berprestasi FMIPA UGM, Ketua BEM KM FMIPA UGM, Delegasi FMIPA UGM ke Malaysia, Singapore dan Thailand, Reward PKM dll, semua untuk orang yang bernama Ibu, orang yang menginspirasiku, orang yang selalu menyinari semangat untukku dan orang yang selalu ada untukku.
            Aku punya harapan besar memberi kado kecil untuk ayah dan ibu, membawa mereka menyeleasikan rukun Islam yang ke 5, Naik Haji bagi yang mampu, aku berharap 20 tahun kedepan aku dapat melakukannya dan aku selalu berdoa agar usia mereka sampai nantinya ketika mereka menunaikan Ibadah haji. Aku berharap Pidato Pengukuhan Guru Besar nantinya menjadi kado terindah bagi ibu, ibu yang menginginkan anak-anaknya menjadi tokoh pendidikan, dapat menyicipi pendidikan tinggi, dapat menyelesaikan permasalahan bangsa Indonesia lewat bidang pendidikan. Semua karena Ibu untuk Tuhan, Bangsa dan Almamater.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar