Intisari
Hari ini gerakan mahasiswa
mengalami kebingungan dalam menentukan gerak dan mengikuti perkembangan zaman,
mereka masih terkungkung oleh pemikiran senior mereka dahulu dan bahkan banyak
pula yang menjadi perpanjangan tangan politisi untuk menyelipkan
kepentingan-kepentingan partai politik dan golongannya di tataran mahasiswa.
Fenomena yang menjadi rahasia umum ini jika dibiarkan nantinya akan membuat
mahasiswa tidak kritis lagi, individualisme tentunya akan merebak dan gerakan
akan mati, HMI punya tanggung jawab dalam melahirkan konsep intelektual di
tataran mahasiswa dimana kampus sebagai objeknya, eksperimen ini jika dilakukan
akan memberikan dampak besar bagi gerakan mahasiswa dan kemajuan bangsa
kedepannya.
1.
Pendahuluan
Masih terngiang dalam benak saya begitu membakarnya
semangat yang disuarakan oleh seorang Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa di
Fakultas saya saat berorasi menyambut Orientasi Pengenalan Kampus. Hidup
Mahasiswa Indonesia! Hidup Rakyat Indonesia!. Ungkapan yang saat itu ia katakan
seakan meruntuhkan jembatan pembatas antara Mahasiswa dan Masyarakat, orasi
sekitar 15 menit itu seakan menjadi katalis agar mahasiswa selalu dekat dan
berjuang bersama rakyat.
Kampus adalah rumah bagi kaum intelektual begitupun
sebuah lembaga yang bernama Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), BEM tergambar bagi
benak seorang mahasiswa baru (maba) sebagai sarang manusia-manusia kritis yang
selalu haus dengan pengetahuan, begerak berdasarkan kepahaman, berjuang
berasaskan keberpihakan. Itulah hal yang saya rasakan saat menjadi mahasiswa baru,
namun semakin memahami dunia kampus, hanya sebagian orang saja yang terlihat
memiliki nyawa-nyawa negarawan muda, begitupula dengan BEM, sedikit sekali yang
mau bergerak berdasarkan nalar intelektual namun cenderung melampiaskan birahi
emosional.
Aktivis BEM seakan sulit melupakan nostalgia
perjuangan kakak-kakanya di era 98, bagi mereka kakak-kakak mereka seakan
menjadi pahlawan yang mampu menggulingkan diktator dan membawa harapan baru
bagi bangsa Indonesia, mereka berfikir perlawanan kepada seorang penguasa
adalah sebuah kewajiban utama, menyuarakan aspirasi rakyat kecil adalah sebuah
tanggung jawab moral namun terkadang lupa nalar intelektual sebagai dasar
keberpihakan dalam berjuang.
2.
Pembahasan
Mandulnya
Kreativitas dalam Melakukan Transformasi Gerakan Mahasiswa
Hari ini kebanyakan BEM umumnya seakan kehilangan
kepercayaan dari sebagian besar mahasiswa, karena masih banyak mahasiswa
menganggap bahwa BEM adalah organisasi mahasiswa yang berjuang dengan cara
kuno, dan bagi masyarakat BEM tak begitu bisa diharapkan karena tak begitu
banyak produk dari proses demonstrasi yang mereka lakukan. Hal lain yang
membuat rusak citra BEM sebagai lembaga perjuangan mahasiswa adalah distrust
masyarakat khususnya mahasiswa yang kebanyakan mengangap aktivis BEM adalah
underbowpartai politik. Maka nostalgia perjuangan mahasiswa 98 seakan mimpi
manis yang terkubur sebagai kenangan dan seakan sulit terjadi lagi bagi aktivis
BEM saat ini.
Kreativitas dalam melakukan transformasi gerakan
adalah hal yang dinanti bagi mahasiswa, apalagi dengan kecanggihan teknologi
saat ini, ketika sebuah BEM mampu melahirkan kreativitas gerakan maka ada
harapan BEM menjadi lembaga humanis yang mampu merangkul mahasiswa dan
masyarakat untuk berkontribusi membangun bangsa ini.
Nalar Intelektual Yang Dinomor Sekiankan
Usaha melakukan transformasi gerakan membawa aktivis
BEM untuk mengikuti zaman dan terbawa arus pergaulan mahasiswa hedon, event
adalah salah satu media agar BEM dikenal dekat dengan mahasiswa, terkhusus
event berbau hura-hura seperti musik dan olahraga.Kecanduan produktivitas event
membuat beberapa BEM menjadi sakau,
mereka dengan bangganya menampilkan hasil konser yang mereka buat, acara besar
yang mampu menghibur mahasiswa dan masyarakat, hal ini boleh namun jangan
sampai mematikan nalar para pejuang muda. Ketakutan yang menghantui aktivis
senior adalah staff baru BEM yang “sakau event”, event mengajari otak mereka
malas memikirkan permasalahan bangsa di sektor strategis, event membuat mereka
lupa berfikir bagaimana caranya mengambil peran dalam upaya menghapus angka
kemiskinan negara, dan event membuat mereka tenang dan nyaman berdendang di
sekretariat. Sangat jarang ditemukan kajian kritis yang dilahirkan aktivis BEM
saat ini, kajian mereka seakan sebatas kertas HVS yang nantinya hanya menjadi
pembungkus gorengan, minim sekali hasil produktif dari kajian yang mereka
lakukan, pemerintah semakin leluasa karena mahasiswa sudah lemah dalam beropini
mengkritisi pemerintahan. Prajurit Intelektual adalah anggota BEM yang berfikir
dengan nalar dan berjuang dengan keberpihakan, maka penyebab perlahan punahnya
prajurit intelektual ini adalah kegamangan transformasi gerakan dan sakau event
yang terjadi dibeberapa BEM, maka tak heran jika kedepan BEM hanya sebagai
lembaga hura-hura namun ketika ada permasalahan bangsa mereka menunjukkan
kebodohan mereka dengan teriakkan keberpihakan kepada rakyat.
Keluar dari Pengaruh Partai Politik!
Seperti saya jelaskan di paragraf pembuka, partai
politik (parpol) menjadi salah satu alasan distrust
mahasiswa dan masyarakat kepada sebuah lembaga yang bernama Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM). Hal ini memang benar adanya, karena salah satu Ketua BEM di salah
satu universitas negeri mengatakan kepada saya pernah diundang dalam sebuah
forum oleh ketua partai politik bersama beberapa Ketua BEM lain yang
dikhususkan. Adalah sebuah pengkhianatan intelektual ketika seorang aktivis BEM
menjadi tangan kanan partai politik apalagi dengan memberikan pengaruh parpol
kedalam BEM mereka. Kita boleh saja menjadi bagian dari politik karena partai
politik pun masuk dalam konstitusi negara, namun masanya adalah nanti ketika
kita terlepas dari status mahasiswa.
Menarik jika mengkaji pertanyaan apakah salah
aktivis BEM masuk parpol saat ia masih di lembaga, jawabannya adalah jelas
salah, karena bukan saatnya, masuk partai politik pastinya membuat aktivis BEM
terikat dengan parpol ditambah rapor merah parpol saat ini. Kembali berbicara
tentang mimpi tumbuhnya prajurit-prajurit intelektual tangguh, bagaimana mereka
mau tumbuh jika nalar mereka dimatikan oleh kebuasaan parpol dalam hal
kekuasaan. Maka adalah sebuah kewajiban aktivis BEM keluar dari belenggu parpol
dan bergerak atas dasar kesadaran berfikir dari nalar mereka. Saat ini PR besar
BEM sebagai organisasi pergerakan mahasiswa adalah melahirkan ruang-ruang
intelektual agar memantik mahasiswa untuk terus berfikir bagi bangsa ini,
meramaikan sekretariat dengan debat intelektual berdasarkan data, dan tulisan
progressif yang mampu memantik semangat mahasiswa untuk ikut berjuang. Karena
saya yakin banyak mahasiswa dan masyarakat yang merindukan nalar kritis aktivis
BEM dalam membangun peradaban bangsa ini.
Kepercayaan adalah harga mati yang harus dibayar,
adalah sebuah keniscayaan sebuah perjuangan tanpa kepercayaan, maka bergerak
lah kau wahai aktivis, bergeraklah berdasarkan keberpihakan, kepada rakyat dan
bangsamu, bukan bergerak kepada golongan atau kelompokmu, keluarlah dari
bayang-bayang partai politik atau siapapun yang mengekang hak-hak
intelektualmu, berifkirlah bebas dan merdeka serta perjuangkan apa yang kau
anggap benar itu.
HMI Media Pembelajar Pemimpin Muda
Melihat realitas mahasiswa saat ini
penulis berharap intelektual-intelektual HMI mau berjuang di tataran organisasi
intra kampus, sebagaimana hari ini organisasi intra kampus menjadi perebutan
seksi bagi gerakan transnasional demi kepentingan golongan bahkan partai
politik, setidaknya HMI menjadi penyeimbang banyaknya kepentingan yang
menggerogoti organisasi intra kampus seperti BEM. Gerakan Intelektual berbasis Kompetensi yang
maksud adalah gerakan alternatif yang cenderung mengutamakan kepentingan yang
berbasis akademik seperti kajian dsb untuk merangsang daya kritis dan
meningkatkan gagasan solutif dari mahasiswa. Menurut penulis hari ini
kebanyakan mahasiswa umunya terbawa arus pencitraan aktivis BEM yang
menempatkan posisi atas, padahal mereka mendapatkan posisi tersebut bukan
berdasarkan wawasan dan pengetahuan mereka yang luar biasa namun karena kader
tersebut adalah kader dari golongan yang berkepentingan untuk kemajuan
golongannya dan kader tersebut sangat setia terhadap golongannya, kader-kader
BEM seperti diataslah yang harusnya di ajak untuk taubat massal, HMI sebagai
media untuk merealisasikan taubat massal tersebut.
Independensi HMI terhadap ormas,
parpol atau golongan lain adalah satu hal yang menarik dari HMI, berbeda sekali
dibanding gerakan lain yang sudah mengatakan sikapnya berafiliasi terhadap
parpol ataupun gerakan transnasional, inilah kelebihan HMI sebagai media
pembelajaran yang menuntut kadernya mahasiswa untuk berfikir dan berfikir
mencari kebenaran berdasarkan kebebasan berfikir tadi, HMI hanya menuntun
kadernya untuk merangsang pemikiran kritis dan solutif, ini yang membedakan HMI
dengan gerakan lain tentunya.
Penulis memiliki pandangan kedepan
HMI harus mampu merangkul seluruh kepentingan kader untuk mewujudkan kompetensi
bukan posisi strategis di kampus karena kompetensi jauh lebih penting dari itu
semua, seperti apa yang dijelaskan oleh bang solichun dalam bukunya HMI kawah
candradimuka. Kompetensi yang baik nantinya akan menuntun kader kepada
profesionalitas dan ketika dua kebutuhan tersebut kader akan mampu
berkontribusi dengan total, inilah yang dinantikan nantinya. Ketika itu semua
tercapai maka HMI berhasil melahirkan pemimpin muda yang menjunjung tinggi
Intergritas.
3.
Kesimpulan
Pada tulisan ini
penulis menyimpulkan bahwasanya HMI harus kembali masuk kedalam tataran
organisasi kampus untuk menyebarkan ideologi yang menjunjung tinggi
intelektualitas dan independensi, gerakan mahasiswa yang saat ini sakit perlu
dirawat dan HMI wajib turun tangan merawatnya, gerakan alternatif berbasis
Intelektualitas dan Kompetensi adalah salah satu solusi besar dari permasalahan
diatas, tentunya ketika kader HMI bergerilya memperjuangkan intelektualitas dan
independensi membuat pemikiran aktivis kampus tercerahkan dan perjuangan untuk
menyuarakan iu kemanusiaan lebih indah tanpa kepentingan golongan, partai
politik, ataupun kelompok yang bernafsu dengan kekuasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar