Baru beberapa hari kemarin timeline sosmed banjir dengan euforia teman2 yang diterima di perguruan tinggi negeri (PTN) terkhusus kampus kita Universitas Gadjah Mada (UGM). Saya mengucapkan selamat atas keberhasilan teman2 menjadi bagian dari kampus UGM.
Kampus ini tentu mempunyai karakter yang berbeda dengan kampus lain, UGM sering disebut kampus kerakyatan, pancasila, nasional, perjuangan, dan pusat kebudayaan. Tentu wajar jika mengingat sejarah UGM sebagai kampus pertama yang lahir atas pemikiran, semangat juang dan kontribusi dari rakyat Indonesia.
Dulu ketika menjadi maba salah satu alumni mengatakan ; kita yang lulus di UGM punya hutang kepada kawan kita yang belum beruntung masuk UGM, misal jika saya lulus sebagai mahasiswa kimia UGM, rasio perbandingan seleksinya adalah 1 : 4, maka saya punya hutang kepada tiga rekan yang belum beruntung nasibnya.
Sebuah kebanggaan tersendiri menjadi mahasiswa UGM, dengan fasilitas lengkap, laboratorium canggih, sarana dan prasana yang baik dsb. Semua itu tentu tidak terlepas dari sumbangsih rakyat Indonesia, dari pajak mereka lah kita dapat menikmati pendidikan tinggi yang lebih baik, Maka harap bung karno sungguh beralasan.
“Gadjah Mada adalah mata airku, Gadjah Mada adalah Sumberku, Mengalirlahlah kelautnya, Pengabdian kepada Rakyat, Bukan pada kemuktian diri.”-Soekarno
Kata-kata itulah yang menghiasi gedung pusat UGM sebagai nyawa pengingat semangat perjuangan di masa itu. Bahwasanya mahasiswa UGM dilahirkan untuk mengabdi kepada rakyat bukan pada kepentingan diri sendiri, sungguh sebuah tanggung jawab besar yang kita pikul.
UGM dan Jogjakarta
Idealis memang ketika kita memegang teguh apa yang menjadi cita-cita para founding fathers untuk melahirkan UGM, tentu saja kita juga harus bersiap dengan realita yang ada. Beruntunglah kita menjadi bagian dari UGM adalah menjadi bagian dari Jogjakarta.
Jogjakarta adalah kota yang sangat ramah, dengan budayanya, kesederhanaannya, kebebasannya dsb. Maka wajar Jogja menjadi episentrum dalam melahirkan gagasan2 kebangsaan. Gagasan2 dan pemikiran2 kebangsaaan menjamur di tiap2 warung diskusi. Adalah kewajiban kita menuntut ilmu untuk mengamalkan dimasa mendatang.
Lokasi UGM pun juga sangat dekat dengan masyarakat, kita bisa belajar ke desa dengan jarak tempuh yang tidak terlalu jauh, masyarakat jogja yang dikenal dengan keramahannya menjadi semangat baru dalam me-recharge perjuangan belajar di kampus.
Beasiswa dan dunia kampus
Menjadi mahasiswa baru tentu sangat besar harapan mendapatkan beasiswa, kawan2 jangan cemas dengan beasiswa, sangat banyak beasiswa yang ditawarkan di UGM, bahkan saya pernah mendapatkan tiga beasiswa sekaligus. Kalau boleh saya memberi saran yang paling penting adalah kanal informasi, kencangkanlah sinyal teman2 untuk mengakses informasi, banyak “kepo” informasi baik di website dirmawa, fakultas dsb. Selagi maba maka kenalilah UGM sedekat mungkin, karena semakin dekat kita mengenal sesuatu semakin besar pula cinta kita kepada sesuatu tersebut.
Ketika kita sudah menguasai informasi, tinggal kita menyiapkan diri dimulai dari indeks prestasi, saya kira IPK 3 itu gampang, asalkan kita belajar serius dan manajemen waktu yang baik. Mahasiswa bukan hanya berbicara tentang indeks prestasi tapi juga kompetensi soft skill, yang kemudian kita penuhi dengan cara bergabung di organisasi, Organisasi mahasiswa di UGM pun juga banyak ragamnya mulai dari organisasi pergerakan, keilmuan, minat bakat, kerohanian dsb, kita banyak belajar tentang sosial masyarakat di organisasi yang sangat mendukung kompetensi kita, karena tes beasiswa mulai dari seleksi berkas, tulis dan wawancara modalnya adalah softskill dan wawasan kita.
Selanjutnya yang tak kalah penting, buatlah planning teman2, apa yang teman2 targetkan selama kuliah, tulislah karena seperti yang dikatakan saydina Ali “ikatlah ilmu dengan menuliskannya”, maka tulis semuanya agar menjadi pengingat dan penjaga semangat teman2 berjuang di kampus. Karena orang berhasil tidak hanya bermodal cerdas tapi jauh lebih penting tentang perencanan.
Mahasiswa dan Aksi
Ketika kalian mencoba mengenali UGM lebih dekat maka nantinya kalian akan temukan organisasi eksekutif mahasiswa (BEM, LEM, DEMA dsb). Kata eksekutif yang melekat tentu menjadi sebuah tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada mahasiswa, maka teman-teman punya hak untuk dilayani oleh rekan2 di BEM, ketika teman2 punya masalah perkuliahan, menanyakan beasiswa dsb, jangan sungkan datang kepada sahabat di BEM.
Aksi menjadi identitas tersendiri dari kawan2 yang berjuang di lembaga eksekutif seperti BEM dsb, jangan pernah rekan2 langsung berfikir negatif tentang aksi, karena perubahan2 lahir dari aksi mahasiswa, aksi memperjuangkan uang kuliah berkeadilan, aksi responsif terhadap kebijakan pemerintah dsb. Aksi bisa dilakukan dengan menulis, teater, demonstrasi dsb. Jadi sudah kewajiban kita untuk aksi tinggal kita memilih dengan metode apa, umumnya aksi disamakan dengan demonstrasi, ya terserah kita mendefinisikan makna dari sebuah kata. Kepentingan kita adalah belajar, karena dunia mahasiswa adalah dunia pembelajaran yang sangat berharga dimasa mendatang.
Proses Pembelajaran
Maka manfaatakanlah setiap detik teman2 selama di kampus untuk belajar, belajar dan belajar, karena belajar adalah sebuah kewajiban, hingga nanti ketika teman2 diutus untuk menjadi sarjana UGM, teman2 adalah agen perubahan yang membawa bangsa ini jauh lebih baik, karena seperti pesan bung karno tadi, mahasiswa UGM dilahirkan bukan untuk diri sendiri tapi untuk memberi kebermanfaatan buat orang lain, Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya, menjadi agen2 yang akan mengambil peran dalam melunasi janji-janji kemerdekaan negeri ini. Belajar dan terus belajar.
Selamat Belajar dan Mengabdi untuk Ibu Pertiwi