Tahun 2014 menjadi momen bersejarah bagi Republik
Indonesia dimana akan terjadi transisi kepemimpinan nasional. Mahasiswa sebagai
agen perubahan tentu memiliki kewajiban mengambil peran dalam proses transisi
kepemimpinan di republik ini, banyak hal yang diberikan oleh mahasiswa mulai
dari pencerdasan kepada masyarakat, kontrak politik kepada calon pemimpin,
sumbangsi gagasan untuk Indonesia 5 tahun kedepan hingga pengawalan Pemilihan
Umum (Pemilu) yang berasaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.
Tepat 21 Agustus 2014 Mahkamah Konstitusi memutuskan keabsahan dari
hasil Pemilu 2014 dimana pasangan Bapak Ir. Joko Widodo dan H, M. Jusuf Kalla
sebagai pemenang Pemilu 2014. Dengan hasil tersebut Tugas Berat dalam membangun
Republik ini segera disandarkan kepada dua putra terbaik bangsa tersebut.
Menyoroti gagasan, visi-misi, dan janji-janji yang beliau sampaikan ketika masa
kampanye penulis mengambil kesimpulan bahwa kedua pasangan ini mengangkat
konsep pengembangan sumber daya manusia dengan tagline “revolusi mental”, untuk
menguatkan hal tersebut ada Sembilan agenda prioritas yang akan dilakukan salah
satunya adalah Kedaulatan Energi dengan melakukan Nasionalisasi Migas,
Optimalisasi Eksplorasi dan Eksploitasi serta Pengembangan Energi terbarukan.
Kekayaan
sumber energi di Indonesia
Indonesia adalah Negara yang memiliki kekayaan energi
luar biasa, Daratan Indonesia adalah sepuluh daratan terbesar di dunia dimana
di dalamnya terdapat tambang batu bara yang melimpah, kekayaan hutan sebagai modal
membentuk energi terbarukan berbasis bioenergi, belum lagi gunung api sebagai
sumber energi geothermal. Berbicara kekayaan lautnya Indonesia adalah Negara
dengan panjang pantai terpanjang ke dua di dunia (aulia,2014), dimana
didalamnya kekayaan alam melimpah yang salah satunya adalah minyak dan gas
alam.
Namun minimnya sumber daya manusia dalam mengelola
kekayaan tersebut membuat keran-keran investasi terbuka bagi perusahaan asing.
Perusaan-perusahaan besar dengan bermodalkan tenaga ahli dan alat yang sangat
mendukung datang untuk memanen kekayaan energi tersebut. Dilematis memang
ketika kita berbicara tentang eksplorasi hasil alam terutama tambang dan migas.
Proses eksplorasi migas bagaikan taruhan berjudi dimana modal yang dipasang
amatlah besar dengan satuan Triliun Rupiah, dean waktu yang berproses biasanya
dua sampai tiga bulan. Ketika eksplorasi tidak mendapatkan apa yang diinginkan
atau kata lain proses eksplorasi gagal maka uang triliunan rupiah tidak akan
menghasilkan apapun berbeda ketika eksplorasi berhasil, keuntungan
berlipat-lipat pun diperoleh, itulah yang menjadi dasar pemerintah tidak berani
eksplorasi dengan perusahaan nasional karena masih kurang yakin dengan sumber
daya manusia dan alat pendukungnya. Ketakutan akan kerugian membuat pemerintah
lebih memilih investor asing yang keuntungannya sudah pasti dijamin, ketika
perusahaan asing gagal mengeksplor pemerintah tidak menanggung kerugian, dan
ketika berhasil pemerintah mendapatkan keuntungan pula dari perusahaan asing
tersebut. Belum lagi energi geothermal yang baru-baru ini “booming” mengingat
Indonesia memiliki puluhan gunung aktif dan ini menjadi target perusahaan asing
dalam berinvestasi. Kita dapat menyimpulkan bahwa Indonesia masih belum
mencapai kedaulatan sepenuhnya terutama di bidang energi.
Indonesia
yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian untuk mencapai Kedaulatan Energi
Nasional
“Kekayaan terbesar sebuah bangsa adalah manusianya
bukan sumber daya alamnya” (anies baswedan)
Membedah Visi misi dan program aksi pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla
(Jokowi-JK) “Jalan Perubahan untuk Indonesia yang berdaulat, mandiri dan
berkepribadian” menjadi kalimat yang digaungkan, sejak awal tim pemenangan
Jokowi memang lebih fokus terhadap sumber daya manusia Indonesia. Berdaulat,
mandiri dan berkepribadian menjadi tiga kata yang dapat disatukan menjadi makna
besar, Aksi nyata yang dilakukan dalam mencapai kedaulatan energi adalah
Nasionalisasi Kekayaan Alam. Sudah bukan rahasia umum lagi hampir 75 % blok
migas di Indonesia dikuasai oleh asing (faisal yusra,2013). Kita kembali
berbicara manusia Indonesia, apakah negeri ini mandul dalam melahirkan orang
hebat ? Tidak, orang hebat melimpah di negeri ini, namun sayang mereka
terkekang akan kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah korup. Harapan besar
menanti pasangan Jokowi-JK hendaknya visi-misi yang tertulis tidak hanya
sebatas hipokrisi dan slogan-slogan namun lebih ke aksi nyata. Presiden
terpilih Bapak Joko Widodo bisa banyak belajar dari Hugo Chavez saat memimpin
Venezuela yang mampu merealisasikan nasionalisasi migas di negaranya, bagaimana
saat itu satu per satu blok migas Venezuela terlepas dari kapitalis asing dan
dikelola oleh perusahaan nasional. Harapan banyak rakyat, Indonesia mampu
melakukan nasionalisasi migas seperti yang dilakukab Chavez di Venezuela, Aksi nyata mewujudkan Indonesia berdaulat,
mandiri dan berkepbribadian adalah salah satu langkah nyata mencapai Kedaulatan
Energi Nasional. Besar Harapan sumber kekayaan alam negeri yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara untuk dipergunakan sebesar-besarnya
bagi kemakmuran rakyat.
Transformasi Bahan Bakar Minyak menuju Bahan Bakar Gas
sekali lagi kita berpatok kepada 42 halaman Visi misi,
aksi nyata dan Sembilan agenda prioritas pasangan Jokowi-JK. Pemerintahan lima
tahun kedepan akan lebih fokus terhadap optimalisasi Batu bara sebagai bahan
bakar, mengingat cadangan minyak Indonesia semakin menipis bahkan hanya bisa
dimanfaatkan sekitar 11,2 tahun kedepan (Iwa Garniwa). Salah satu Solusi yang
ditawarkan oleh pasangan terpilih adalah transformasi bahan bakar dari minyak
menjadi gas sebagai bahan bakar transportasi diyakini akan mengurangi subsidi
BBM sekitar 60 triliun rupiah. Batu bara menjadi bahan bakar yang dapat
dikonversi menjadi bahan bakar gas, dalam Sembilan agenda prioritas pasangan
jokowi-jk disebutkan penguatan batu bara dan gas untuk meningkatkan produksi
listrik dalam negeri.
Mentri ESDM Purnomo Yusdiantoro dalam acara Presentasi Hasil Kerjasama
Studi Sumber daya dan Cadangan Batubara di Indonesia, Kamis (19/4/2014), di
Jakarta menyebutkan cadangan batu bara Indonesia meningkat mencapai 65.4 miliar ton, sebuah angka yang
menggembirakan dan tentunya menjadi potensi dalam menyambut cita-cita dari
Presiden terpilih Joko Widodo untuk mengoptimalkan batu bara. Optimalisasi
batubara tentunya sangat mendukung kebutuhan energi nasional. Namun yang
menjadi tugas berat adalah limbah hasil pengolahan batubara jika pemerintah
benar-benar mengoptimalkan batu bara. Jika memang pemerintah pusat focus
terhadap transformasi bahan bakar minyak (BBM) menjadi bahan bakar gas (BBG)
tentu BBM hanya menjadi bahan bakar kendaraan, disini juga perlu menyoroti
kebijakan distribusi BBM, optimalisasi BBM bersubsidi memang harus dilaksanakan
mengingat cadangan minyak bumi kian menipis. Hanya masyarakat kurang mampu yang
seharusnya menerima subsidi BBM.
Indonesia Hebat 2014-2019 dalam mencapai kedaulatan
energi nasional
Sejak awal kita mengkaji Visi Misi dari Presiden
terpilih Bapak Joko Widodo, ada tiga langkah nyata yang akan dilakukan
pemerintahan kedepan dalam mencapai kedaulatan energi nasional diantaranya ;
Transformasi Bahan Bakar Minyak menuju Bahan Bakar Gas, Nasionalisasi Migas
untuk mencapai kedaulatan dan Pengembangan Energi terbarukan. Langkah kongkrit
yang sangat serius dilakukan nantinya adalah Optimalisasi Batu Bara dalam
memenuhi kebutuhan Energi Nasional, potensi batu bara memang terlihat lebih
dibandingkan migas dan panas bumi, batu bara Indonesia memiliki cadangan yang
melimpah, optimalisasi batu bara tentu akan memenuhi kebutuhan listrik rumah
tangga dan industry serta menyokong pemenuhan energi di sektor transportasi,
disisi lain pemerintah harus siap mengawal limbah yang dihasilkan batu bara,
jika memang batu bara menjadi fokusan utama, sudah barang tentu 5 tahun kedepan
perkembangan nuklir di Indonesia sangat minim, disisi lain energi terbarukan
seperti bioenergi dan panas bumi hanya menjadi pengembangan riset skala mini.
Meningkatkan eksplorasi dan eksploitasi migas di dalam
dan diluar negeri menjadi salah satu janji yang tertulis dalam Visi Misi
Jokowi-JK, kalimat tersebut menarik dikaji dengan cita-cita besar dari kedua
pasangan ini yaitu mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan
berkepribadian. Kedaulatan dan kemandirian menjadi kata kunci dalam mengawal
proses peningkatan eksplorasi dan eksploitasi migas, 75 % blok migas masih
dikuasai asing, 5 tahun kedepan jika persentase industry asing meningkat dalam
hal menguasai blok migas maka pemerintahan Jokowi-JK dianggap gagal dan tak
sesuai dengan apa yang mereka sampaikan tentang kedaulatan, kemandirian dan
kepribadian bangsa Indonesia. Seperti yang dikatakan di atas Cadangan minyak di
Indonesia semakin menipis dan hanya mampu dimanfaatkan 11,2 tahun kedepan.
Pemerintah dituntut mengambil peran dalam mengatasi masalah ini, ketika
eksplorasi dan eksploitasi migas semakin ditingkatkan maka semakin kering lah
sumur-sumur minyak negeri ini, subsidi BBM yang sangat besar rencananya akan
dioptimalkan terhadap masyarakat kecil, bisa dipastikan BBM akan naik di dalam
pemerintahan 5 tahun kedepan, namun bisa dipertahankan dengan harga standar
dengan cara pengawalan agar distribusi BBM benar-benar tepat sasaran.
Harapan besar bangsa Indonesia akan dititipkan di bahu
putra terbaik bangsa, Bapak Joko Widodo dan Bapak Jusuf Kalla, Indonesia masih
belum mencapai kedaulatan di bidang energi padahal Indonesia kaya akan sumber
daya alamnya, memang benar ketika dikatakan kekayaan terbesar sebuah Negara
adalah sumber daya manusianya tapi ketika sebuah Negara memiliki sumber daya
alam dan sumber daya manusia tentu Negara tersebut akan menjadi Negara yang
kuat yang mampu memimpin dunia, Kemerdekaan adalah hutang yang harus diangsur,
5 tahun kedepan bapak Jokowi dan JK menjadi pionir utama dalam mengangsur
hutang-hutang kemerdekan tersebut, sebagai masyarakat tentu kita punya tugas
dalam melunasi hutang kemerdekaan, dimulai dari diri sendiri, lingkungan hingga
komunitas yang lebih besar kita bangun Indonesia untuk mencapai 100%
kemerdekaan di tahun 2045.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar