Sebuah
bangsa tentu akan punah jika terputus generasinya, masa depan sebuah bangsa
dapat dilihat dari generasi mudanya, jika anak mudanya sedang sakit maka ke
depan bangsa ini tentu juga akan sakit, begitupula sebaliknya jika anak mudanya
baik maka masa depan bangsa terjamin baik.
Anak
bukan hanya menjadi harapan orang tua tapi juga masyarakat sekitar, bangsa dan
negara. Maka dari itu dibutuhkan lah pendidikan agar karakter anak terbentuk
dan terjaga dalam koridor yang diharapkan. Seorang anak yang lahir di bumi ini
memiliki peran dan tanggung jawab terhadap keluarga dan masyarakat sekitarnya.
Ketika kita kecil tingkah mungil kita sangat didambakan oleh saudara sekitar
berharap kedepan kita dapat menjadi problem solver dalam masalah yang terjadi.
Pendidikan menjadi kunci utama dalam membentuk
karakter sang anak, pendidikan dasar dari sang anak adalah dari rumah
(keluarga), peran orang tua sangat strategis dalam mendidik sang anak sebelum
anak masuk sekolah. Tugas berat orang tua bagaimana membentuk karakter sang
anak dan mengeluarkan potensi dari anak tersebut. Ketika orang tua sudah
berhasil membentuk karakter sang anak, dengan yakin sang anak dapat dilepas ke
masyarakat.
Selain
itu rumah kedua sang anak adalah masyarakat, mereka belajar dari interaksi, semakin
banyak interaksi maka semakin cerdas sang anak. Kemudian sang anak tumbuh dan
berkembang, masa remaja adalah titik strategis dari sang anak, Allah
menghadiahkan mereka masa transisi (remaja) dan disinilah pendidikan rumah
kembali di eluhkan oleh sang anak di tengan kebingungan mereka mengahadapi
dunia baru.
Dengan
akses teknologi
yang begitu luar biasa dan rasa keingin tahuan anak yang sangat tinggi,
teknologi bak pisau bermata dua. Berbahaya ketika digunakan di tempat yang
salah. Bersyukur saya dibesarkan oleh sebuah keluarga sederhana yang selalu
dihujani kasih sayang, belajar mengenal Islam sejak kecil dari orang tua,
kemudian mengajid kepada ustadz hingga jenjang SMP.
Bersyukur
masa kecil saya bahagia dengan orang tua yang memberikan kepercayaan tinggi
sehingga saya bisa bermain kemana saja dan bebas menjalani masa kecil.
Interaksi sosial yang saya lakukan di masa kecil membuat saya menjadi anak yang
aktif, dan hasilnya terjawab ketika masa sekolah dasar dengan selalu masuk
peringkat 3 besar, dan beberapa kali menjadi juara 1.
Masa
SMP saya jalani dengan bahagia, bersekolah di salah satu SMP yang berada di
pusat kota (pasar kota) membuat saya mengalami perbenturan nilai dengan yang
diajarkan di rumah dan di sekolah, sekoalh yang berdekatan dengan pasar membuat
lingkungannya kurang baik, namun disisi lain ada nilai yang dapat dilihat dalam
interaksi sosial pasar, sehingga ketika dicerna ada simpul yang didapat dari
pelajaran mengenal interaksi sosial
pasar. Bersyukur dikeluarga saya sangat ditekankan hal keterbukaan sehingga apa
yang terjadi disekolah saya ceritakan dirumah dan orang tua mengawal
perkembangan remaja sang anak (saya), mulai dari jatuh cinta, film porno,
rokok, tauran dsb. Masa SMP memang masa yang sangat rentan, berbahaya jika
tidak ada pengawalan dari orang tua.
Disisi
lain saya juga aktif di remaja masjid kompleks perumahan saya berdomisili,
nilai-nilai dari wadah tersebut menguatkan saya dalam menjalankan masa transisi
remaja. Masa SMA pun begitu meski saya tidak tinggal bersama orang tua namun
nilai yang kuat yang diajarkan oleh orang tua mudah diimplementasikan bersyukur
tempat saya tinggal ketika SMA bersahabat dengan masyarakat khususnya petani
sehingga interaksi sosila bersama petani menanamkan nilai-nilai dalam diri
saya, sehingga dapat disimpulkan bahwa keluarga dan masyarakat adalah faktor
yang sangat mempengaruhi pembentukan karakter dari seorang manusia.
Seorang
bayi tak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah).
Lalu dia berkata; Bacalah oleh kalian firman Allah yg berbunyi: '…tetaplah atas
fitrah Allah yg telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada
perubahan atas fitrah Allah itulah agama yg lurus.' (QS. Ar Ruum (30): 30).
Seperti
dijelaskan dalam surat Ar rum bahwasanya manusia sejak lahir dalam keadaan
fitrah namun tergantung kepada orang tuanya dan masyarakat tempat ia tinggal
lah dia memilih untuk menjadi islam, nasrani ataupun yahudi. Namun kita tak
hanya bsekedar berbocara dalm konteks agama lebih kepada akhlak, seorang anak
yang dibesarkan dengan nilai-nilai kebaikan oleh orang tua dan masyarakatnya
jelas akan mengamalkan sebuah kebaikan begitu pula sebaiknya. Maka dari itu
kita sebagai umat islam tentu harus berbenah diri bagaimana kita berbuat
kebaikan kepada sekitar kita, ketika kita terus menebar kebermanfaatan dan
kebaikan maka itu adalah satu langkah dalam menciptakan generasi kebaikan.
Sebaik-baik
manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat. Indonesia dengan negara
yang memiliki hamparan kekayaan begitu besar, tanah yang begitu luas, jumlah
penduduk yang begitu banyak, mempunyai potensi menjadi sebuah negara yang kuat,
kunang-kunang negeri adalah sebutan mereka anak-anak kecil yang kedpan mampu
memberikan cahaya kepada indonesia, tugas kita adalah bagaimana memelihara agar
cahaya tersebut tidak redup, dengan apa? dengan kebaikan, distribusi kebaikan
oleh orangorang yang ada disekitar secara tidak langsung mengajarkan nilai agar
anak-anak pun mencontoh, seperti yang saya jelaskan diatas bahwasanya interaksi
sosial membentuk karakter dan kepribadian sang anak, keluarga adalah pendidikan
pertama dan utama, masyarakat adalah laboratorium untuk mereka berekspresi dan
mewujudkan nilai yang telah diajakarkan oleh keluarganya dan tenpat berfikir
akan dikotomi antara realita dan idealita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar